Laman

Senin, 30 Januari 2012

ILMU UKUR TANAH

GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA. ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL. MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU. UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG JENIS PETA Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya. Peta berdasarkan isinya: 1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran 2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi. 3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya. 4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah. 5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah 6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya. 7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya. 8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : 10 000 atau lebih besar. 9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar. 10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000. PETA BERDASARKAN SKALANYA: 1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar. 2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000. 3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000. PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM PETA. PENULISAN SKALA PETA SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA : 1. ANGKA PERBANDINGAN MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI PETA SAMA DENGAN 1.000.000 cm/ inch DIPERMUKAAN BUMI 2. PERBANDINGAN NILAI MISAL 1 CM UNTUK 10 km 3. SKALA BAR ATAU SKALA GARIS GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI. PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu. ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA) INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA: 1. MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG TERPETAKAN 2. JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINYA 3. ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN 4. UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN 5. PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH 6. POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF 7. JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA 8. PENGGUNAAN LAHAN, DLL. JENIS PENGUKURAN PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS CAKUPAN PENGUKURAN. Berdasarkan alam:  Pengukuran daratan (land surveying): antara lain pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.  Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.  Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit. Berdasarkan tujuan: • Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil. • Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey). • Pengukuran tambang (mining survey). • Pengukuran geologi (geological survey). • Pengukuran arkeologi (archeological survey). Berdasarkan cara dan alat: a. Pengukuran triangulasi, b. Pengukuran trilaterasi, c. Pengukuran polygon, d. Pengukuran offset, e. Pengukuran tachymetri, f. Pengukuran meja lapangan, g. Aerial survey, h. Remote Sensing, dan i. GPS. a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil. Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran: Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran 37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar. Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung. PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI. JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT. PROSES PEMETAAN TERISTRIS PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU. WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS, NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA), RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS), VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB. DASAR PEMILIHAN WAHANA PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI : 1. TUJUAN PEMETAAN 2. TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN 3. CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN.

Minggu, 22 Januari 2012

Sosok Ulama yang Dirindukan Umat

Suatu hari, ulama terkemuka bernama Imam Nawawi dipanggil Raja azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Imam Nawawi yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana pun datang memenuhi undangan sang raja. Tanda tanganilah fatwa ini, perintah Raja Bebris sembari meremehkan. Imam Nawawi membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja pun marah dan bertanya, Mengapa? Imam Nawawi menjawab, Karena fatwa ini berisi kezaliman yang nyata. Raja semakin murka, Pecat ia dari semua jabatannya! Para pembantu raja berkata, Ia tidak punya jabatan sama sekali. Raja sebenarnya ingin membinasakanya, akan tetapi Allah menghalanginya. Mengapa baginda tak membunuhnya, padahal dia sudah bersikap demikian? tanya para pembantu raja. Demi Allah, aku sangat segan padanya, jawab sang raja. Kisah di atas menggambarkan betapa Imam Nawawi sebagai seorang ulama dan guru umat berani mengatakan kebenaran di depan penguasa zalim. Secara tegas, Imam Nawawi menolak fatwa yang berisi rencana pemerintah yang hendak memungut infak wajib dari masyarakat demi keberlangsungan roda pemerintahan. Padahal, ketika itu para pejabat dan keluarganya hidup bersenang-senang dengan memakai perhiasan berlebih serta menggunakan fasilitas negara seenaknya, sementara rakyatnya hidup dalam kesusahan. Keberanian Imam Nawawi patut kita jadikan teladan. Ia adalah sosok guru yang berani mengungkapkan pendapatnya yang berseberangan dengan keinginan penguasa zalim. Sosok ulama dan guru seperti inilah yang saat ini kita butuhkan. Tokoh seperti inilah yang layak dijadikan wakil rakyat, yang dapat membela dan menyampaikan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya. Imam Nawawi adalah sosok guru yang zuhud, wara, takwa, sederhana, kanaah, serta berwibawa. Ia menggunakan banyak waktu dalam ketaatan. Ia sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis, juga menegakkan amar makruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa. Sering kali ia menulis surat berisi nasihat untuk pemerintah dan pejabat dengan menggunakan tutur kata yang baik. Masyarakat yang sezaman dengan imam Nawawi memberinya gelar Muhyiddin (yang menghidupkan agama). Ia adalah sosok ulama dan guru umat yang diidam-idamkan. Ya Allah, utuslah kepada kami guru yang benar-benar pewaris para nabi kenegeri kami tercinta. Amin.